Masa penayangan hasil pemilu legislatif di Tabulasi Nasional Pusat Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan berakhir besok, tapi hingga saat ini data yang masuk baru sekitar 11.516.057 suara dari total 171 juta penduduk yang terdaftar dalam DPT. Hal ini pun mendapat kritik, karena sistem Teknologi Informasi (TI) yang diterapkan dianggap kalah cepat dengan sistem manual.
"Data manual sudah sampai di tingkat propinsi per hari ini, masak TI kalah dengan manual, kan ga lucu," ujar Pakar Telematika Roy Suryo, saat ditemui di Pusat Tabulasi Nasional di Hotel Borobudur Jakarta Pusat, Minggu (19/4/2009).
Selain itu Caleg nomor 1 dari Partai Demokrat dapil Yogyakarta ini juga menyoroti sistem ICR yang diterapkan KPU. Menurutnya penerapan sistem ini tidak ditunjang dengan implementasi yang sesuai. KPU dinilai terlalu berani menerapkan ICR untuk pemilu 9 April, padahal waktu uji coba sangat pendek, yaitu baru tanggal 8 April.
"Penerapan ICR bisa baik jika waktunya cukup, KPU seharusnya punya plan A dan plan B. Ini kan plan A berjalan lambat," terang pria berkumis ini.
Roy menambahkan, KPU tidak memperhitungkan kemampuan teknis ditiap-tiap daerah, serta kualitas kertas yang digunakan. Dimana, imbuh Roy, ada daerah yang menggunakan kertas 63 gram sehingga saat discan tembus dan karakter tidak muncul di komputer.
Seharusnya hal ini bisa diakali dengan mengubah kontras gambar hasil scan, tapi karena kemampuan operator di daerah yang kurang, hasil scan ini justru langsung dikirim ke pusat. Padahal,tutur Roy, hasilnya blank sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu, dan proses ini memakan waktu.
"Seharusnya ada plan B, karena dengan waktu sesempit ini tidak mungkin diteruskan, yaitu dengan cara data dari tiap daerah dientry secara manual, dan saksi-saksi yang ada juga ditempatkan di komputer entry tersebut, sehinga data tinggal dientry saja," sarannya.